Jumat, 23 Oktober 2015

Komunitas Cosplay



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



BAB I
PENDAHULUAN


            A.  LATAR BELAKANG

Pada dasarnya, komunitas dibentuk dengan berorientasi pada kesenangan atau kepuasan. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan setiap anggota komunitas, untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan batin. Misalnya, komunitas pecinta alam yang sering melakukan kegiatan reboisasi di kawasan hutan gundul. Mereka melakukan ini di dorong oleh hal yang sama, yaitu sama-sama mencintai alam. Fasilitas yang ada dalam proses reboisasi ini merupakan sumbangan  secara suka rela oleh setiap anggota. Bagi mereka, kegiatan reboisasi memberi kepuasan batiniah.
Kehadiran sebuah komunitas sering mendapat penilaian oleh masyarakat lewat kegiatan atau program yang dilakukan. Komunitas yang di anggap memberi kontribusi positif kepada masyarakat lebih banyak di ingat dan dihargai keberadaannya, demikian juga sebaliknya. Komunitas yang kehadirannya di anggap hanya berupa forum untuk mencapai kesenangan atau bahkan kehadirannya di anggap aneh karena kegiatan yang dilakukannya, akan lebih susah untuk di kenal dan di ingat masyarakat. Bahkan sering kali masyarakat terlebih dahulu menilainya negatif tanpa mengenal komunitas itu dengan baik
Penilaian masyarakat akan kehadiran komunitas cosplay di Indonesia, tidaklah selalu memberi respon positif. Sering kali kegiatan yang dilakukan oleh mereka di anggap sesuatu yang aneh oleh masyarakat manakala mereka mengkonsumsi budaya Jepang, terutama penggunan pakaian yang identik dengan tokoh manga atau anime.
Banyak menilai hobi dari anggota komunitas ini terlalu kekanak-kanakan, tidak cinta budaya sendiri, dan masih banyak anggapan negatif lain nya. Kebanyakan  judge(main hakim sendiri) seperti itu hadir karena masyarakat Indonesia secara luas belum mengenal baik kehadiran komunitas ini


               B.   RUMUSAN MASALAH

1.      Apa sih cosplay itu?
2.      Bagaimana perkembangan cosplay di indonesia?
3.      Sejarah cosplay
4.      Apa saja jenis jenis cosplay?
5.      Anggapan masyarakat terhadap cosplay?
6.      Komunitas cosplay bisa jadi bisnis?

            C. TUJUAN

             1. untuk memahami apa itu cosplay
             2. untuk mengetahui perkembangan cosplay di indonesia
             3. untuk mengetahui sejarah cosplay
             4. mengetahui apa saja jenis cosplay




BAB II
LANDASAN TEORI

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi sosial yang melibatkan orang disekitarnya. Frekuensi yang lebih intensif dari interaksi ini sering kali menghasilkan kelompok-kelompok sosial yang dinamakan “Komunitas”. Suatu kelompok sosial dinamakan komunitas , jika memiliki ciri komunitas itu sendiri.
Umumnya, terbentuknya sebuah komunitas dilatarbelakangi oleh kesamaan dari setiap anggotanya.
hobi mengenakan kostum seperti karakter film animasi kini seolah menjadi budaya baru dikalangan anak muda.gaya berpakainan seperti ini semakin menarik dengan tambahan aksesoris dan make up yang dibuat semirip mungkin dengan tokoh animasi yang ditiru.gaya demikian disebut cosplay


BAB III
PEMBAHASAN


A.   Pengenalan Cosplay
Cosplay adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang yang berasal dari gabungan kata “costume” (kostum) dan “play” (bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, permainan video, atau penyanyi dan musisi idola. Cosplayer adalah orang yang melakukan Cosplay
Komunitas Cosplay Indonesia adalah arena berkumpul sesama penyuka cosplay (costume play). Disini para penyuka cosplay bisa saling bertukar informasi tentang event-event cosplay, dimana dapetin kostum, teknik kostum, dll. Kegiatan yang sudah pernah dibikin oleh komunitas ini diantaranya adalah cosplay gathering, dan harajuku & cosplay - otaku bazaar.

B.   Perkembangan Komunitas Cosplay di Indonesia

Awalnya, cosplay tidak begitu banyak di kenal di Indonesia. Pada awal 2000-an, beberapa event seperti Gelar Jepang UI mengadakan event Cosplay. Akan tetapi, saat itu belum ada yang berminat, cosplay pertama saat itu hanyalah EO dari acara Gelar Jepang tersebut.
Beranjak dari Event Jepang, beberapa pemuda-pemudi (kebanyakan pemudi) di Bandung memperkenalkan gayaHarajuku dan hadirnya cosplayer pertama yang bukan merupakan EO saat itu (Dhiko, 2010). Berlanjut hingga sekarang, hampir tiap bulannya selalu ada event cosplay di Jakarta. Di Medan sendiri baru diadakan selama empat  tahun terakhir ini dalam acara Bunkasai atau pun festival-festival kecil yang tersebar di tempat-tempat tertentu. Kemudian, ini terus berkembang di kota-kota besar yang lain.
Event ter-update dan  terbesar adalah saat para cosplayer diundang sebagai peserta dalam acara JF3(Jakarta food fashion festival) pada tanggal 22 mei 2010 . Banyak cosplayer yang hadir dan melakukan cosplay dengan maksimal pada saat itu.
Keanggotaan komunitas ini tidak memiliki syarat khusus, cukup hanya menjadi penggemar cosplay saja. Siapa saja bisa bergabung dalam komunitas ini. Namun, umumnya penggemar cosplay adalah para remaja hingga dewasa yang berusia 16-30 tahun. Mereka memiliki kesamaan hobi mengoleksi dan mengumpulkan referensi perkembangan terbaru tentang anime dan game-game online dari Jepang.
Sama seperti trend kostum dan pakaian yang berkembang di Jepang, setiap tahun cosplay mengalami perubahan. Tema kostum biasanya sesuai trend pada tahun itu.
Pada 2011 misalnya, cosplay banyak di dominasi kostum-kostum anime, seperti tokoh anime Naruto dan tokoh game online Ragnarok asal Korea.
Tahun 2012, trend kostum berubah lebih ke arah Indonesia, tetapi tidak sepenuhnya meninggalkan unsur-unsur kostum khas Jepang sesuai cosplay berasal.
Anggota cosplay terdiri dari berbagai macam dan golongan, mulai usia muda sampai tua dari anak sekolahan sampai level manajer sebuah perusahaan. Koleksinya bahkan ada yang melebihi lima puluh kostum.

C.   Sejarah Cosplay
Pada mulanya budaya ini dilakukan oleh orang-orang barat yang memakai kostum (disebut Pesta Topeng) dihari-hari perayaan besar seperti Hari Paskah dan Hallowen. Kemudian tradisi ini sampai ke Jepang pada tahun 1970-an dalam acara peragaan kostum (costume show). Di Jepang, peragaan "cosplay" pertama kali dilangsungkan tahun 1978 di Ashinoko, Prefektur Kanagawa dalam pesta topeng Nihon SF Taikai ke-17.

Kritikus fiksi ilmiah Mari Kotani menghadiri konvensi dengan mengenakan kostum seperti tokoh dalam gambar sampul cerita “A Fighting Man of Mars” karya “Edgar Rice Burroughs”. Pada waktu itu, peserta konvensi menyangka Mari Kotani mengenakan kostum tokoh manga “Triton off the Sea” karya “Osamu Tezuka”. Sehingga media massa sering menulis kostum Triton of the Sea sebagai kostum cosplay pertama yang dikenakan di Jepang.

Selanjutnya, kontes cosplay dijadikan acara tetap sejak Nihon SF Taikai ke-19 tahun 1980. Acara cosplay menjadi semakin sering diadakan dalam acara pameran Doujinshi  dan pertemuan antar penggemar fiksi ilmiah di Jepang.

Dalam majalah Fanroad  edisi perdana bulan Agustus 1980, memuat berita khusus tentang “Tominoko-zoku” yaitu sekelompok anak muda yang ber-cosplay Gundam di kawasan Harajuku. Sebutan itu sendiri diambil dari nama pencipta Gundam, Yoshiyuki Tomino. Walaupun sebenarnya artikel tersebut hanya dimaksudkan untuk mencari sensasi, artikel tersebut berhasil menjadikan "cosplay" sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime.

Kegiatan cosplay dikabarkan mulai menjadi kegiatan berkelompok sejak tahun 1986. Sejak itu pula mulai bermunculan fotografer amatir (disebut kamera-kozō) yang senang memotret kegiatan cosplay

D.   Cosplay di Indonesia
Pada awalnya cosplay tidak begitu banyak di kenal di Indonesia. Pada awal 2000-an, beberapa event seperti Gelar Jepang UI mengadakan Event Cosplay. Tetapi saat itu belum ada yang berminat, cosplay pertama saat itu hanyalah EO dari acara Gelar Jepang tersebut
Beranjak dari Event Jepang, beberapa pemuda-pemudi (kebanyakan pemudi) di Bandung memperkenalkan gaya Harajuku dan hadirnya cosplayer pertama yang bukan merupakan EO saat itu. Berlanjut hingga sekarang, hampir tiap bulannya selalu ada event cosplay di Jakarta, dan di kota-kota besar di Indonesia.

E.   Jenis-jenis Cosplay
Secara umum cosplay dinilai sama. Tetapi tak langsung dalam beberapa event yang terjadi di Indonesia sering dilakukan pembagian/kategori cosplay:
1.      Cosplay anime/manga. Cosplay yang berasal dari anime maupun manga. Biasanya manhwa termasuk didalamnya termasuk comic dari amerika.
2.      Cosplay Game. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di Game.
3.      Cosplay Tokusatsu. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter di film tokusatsu.
4.      Cosplay Gothic. Cosplay yang berasal atau mengambil dari karakter bernuansa gelap atau Gothic. Biasanya digabung dengan Lolita.
5.      Cosplay Original. Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime, tokusatsu dan lainnya. Atau memiliki dasar yang sama seperti tokoh game Kingdom heart misalnya: Sora (Kingdom Heart) tetapi berbentuk metalic (modern)
6.      Harajuku Style. Beberapa cosplayer sering menduga Harajuku style adalah bagian dari cosplay. Beberapa Harajuku style muncul di manga/anime seperti Nana.


F.    TUJUAN ber-COSPLAY

1. Membangkitkan sense of amazing.
2. Membangun rasa percaya diri.
3. Mengatasi rasa malu
4. Ajang pertemanan dan bersosialisasi
5. Melatih keberanian tampil di atas panggung atau area publik


G.   Anggota Komunitas cosplay butuh anggaran besar

            Menjalani hobi cosplay juga berarti siap menguras kantong. Ini adalah konsekuensi yang harus dimaklumi seorang cosplayer. Bergelut di komunitas ini membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk pembuatan kostum. Terutama dana untuk bahan dan menjahitnya. Bisa saja kita memfungsikan dana yang pas-pasan, tetapi tentu saja kostum yang kita dapatkan juga pas-pas an. Apalagi dengan kondisi di Indonesia yang belum memiliki penjahit yang profesional dalam penjahitan kostum sehingga hasilnya kurang memuaskan. Jika kita mau kostum yang akan dibuat semakin mirip dengan tokoh idola kita maka kita harus rela mengeluarkan uang banyak.
            Memahami keuangan yang pas-pasan, sedangkan hobi cosplay harus lah all out  atau total dengan menerima resiko terbesar yaitu “biaya”, banyak penggemar cosplay yang berhenti di tengah jalan. Menjalani hobi ini sama membutuhkan biaya yang hampir sama dengan modif kendaraan (Dwi Okta Nugroho, 2011).
            Akan tetapi, biasanya bagi komunitas cosplay, faktor biaya ini bisa diatasi dengan patungan atau memanfaatkan kreativitas dengan memakai barang apa adanya dengan hasil semaksimal mungkin. Terlepas dari berbagai kendala dalam bercosplay memang yang   di cari adalah kepuasan dan hal ini tidak bisa di ukur dengan materi.
 Komunitas Cosplay yang sudah profesional biasanya selalu mengikuti event cosplay diberbagai kota atau di luar negeri, berapa pun biaya pasti dikeluarkan, terkadang ada tim cosplay yang justru dibiayai dan dibayar oleh penyelenggara.

H.  Anggapan Komunitas cosplay adalah  kebudayaan yang berlebihan

Banyak yang menyangkut pautkan cosplay sebagai peniruan budaya jepang bahkan ada yang menggunjing cosplayer sebagai pengkhianat bangsa karena tidak menghargai budaya sendiri, padahal di jepang sendiri para cosplayer merupakan generasi peradaban baru yang ditolak oleh budaya tradisonal dari pandangan umum masyarakat.
Penilaian masyarakat akan komunitas cosplay yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia, tidak sepenuhnya benar. Pemahaman budaya tidak selalu berorientasikan hal yang lama atau yang diwariskan. Budaya juga bisa dipakai untuk menunjuk pada suatu proses umum dari perkembangan intelektual, spiritual, dan estetika sebuah masyarakat (Hikmat Budiman, 2002:41). Cosplay sendiri merupakan bagian dari estetika yang dianggap oleh cosplayer sebagai bagian budaya.

Ada pun alasan cosplay di anggap sebagai budaya dapat dilihat dari beberapa bidang, yaitu :
Cosplay sebagai fashion system
Fashion system dalam mengonstruksikan nilai-nilai budaya dapat dilihat dalam fenomena Harajuku. Nama Harajukusendiri diambil dari nama wilayah yang terletak di Distrik Shibuya, Tokyo yang menjadi pusat berekspresi kaum urban Jepang. Fenomena Harajuku di Indonesia misalnya dapat kita lihat dari maraknya festival ‘jepang-jepangan’ di berbagai kesempatan.
Di Jepang, peserta cosplay bisa dijumpai dalam acara yang diadakan perkumpulan sesama penggemar (Dōjin Circle), seperti Comic Market, atau menghadiri konser dari grup musik yang bergenre visual kei. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia.
           
Satu hal yang unik dari para cosplayer di Indonesia, cosplayer indonesia berusaha menjadi karakter yang mereka mainkan, tetapi masih menggunakan logika situasi dan kondisi, serta sadarnya akan keinginan untuk menaikkan nama Indonesia. Hal ini disebut originalitas dalam bercosplay.
Jika flash back ke perkembangan cosplay sendiri, dapat diketahui bahwa cosplay awalnya bukan lah dari Jepang dan tidak hanya berkutat sekitar Jepang. Ada juga yang menganut cosplay west version, seperti halnya Edwin Ramadhani SA pada event JF3 yang memerankan Jason Vors, karakter misteri dan horor dari amerika. Akan tetapi, cosplayerIndonesia sendiri masih menggunakan logika situasi dan kondisi. Jika dia memerankan secara total jason tadi maka dia akan diam dan mulai menimbulkan keributan.
Salah satu alasan masyarat Indonesia belum bisa menerima komunitas ini secara luas, karena mereka mengkhawatrikan kehadiran cosplay menjadi lebih dominan.Di Jepang sendiri, cosplay sudah menjadi bagian budaya dan gaya hidup. Akan tetapi, kemungkinan terjadinya hal ini di Indonesia sangat kecil. Hal ini ditegaskan oleh Gilang Ayu, salah satu pendiri J-Zone, komunitas cosplay Malang.

I.      Komunitas cosplay sebagai bisnis

Jika cosplayer sudah cukup puas dengan hasil yang dia miliki tapi ingin lebih berkreativitas dalam dunia ini ,ternyata bisnis juga merangkul para cosplayer, dengan adanya jasa penyewaan dan penjualan kostum dan aksesori, menjadikan cosplayer sebagai model fotografi, adanya kompetisi cosplay di dalam negeri dan internasional. Ada dua orang yang sudah mengharumkan nama indonesia di internasional, nick mereka adalah Pinky Luxun dan Orochi X dari Endiru/ Endless illusion team.
Sementara dari pihak cosplayer sendiri bergabung di komunitas cosplay memberi kontribus bagai self image mereka. Lima bagian utama dari self image ini (Diko, 2010) :
1.      Self-control
Kerja keras dan Seni peran adalah inti dari aktivitas ini. kontrol diri adalah yang paling utama bagi para cosplayer. Ditengah gunjingan masyarakat, mereka harus mampu mengatur diri mereka agar tetap fokus pada hoby mereka ini.
2.      Self –advance
Sebagai individu yang berkembang, cosplayer memiliki kemampuan berpikir dan berperilaku yang berbeda dari orang umum. Tidak banyak yang ingin mengembangkan diri dalam dunia hobi mereka. Bagi mereka cosplay adalah hal yang menyenangkan. Untuk mencapai hal itu diperlukan pengembangan skill, baik itu dari kemampuan non-formal, seperti menjahit, melukis, mendesain dan sejenisnya atau pengembangan skill utama, seperti memerankan suatu tokoh sampai menggunakan bahasa asli dari tokoh tersebut.
3.      Self-satisfaction
Tidak ada yang lebih memuaskan bagi cosplayer jika karyanya bisa menunjukkan ekspresi dia. Hasil kerja kerasnya ternyata mampu membuat orang lain tersenyum , bahkan mungkin ada yang mengajak foto bersama. Tersiratnya, ekspresi cosplayer mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain. Cosplayer lebih memiliki kepuasan diri yang besar. Mereka lebih sehat secara psikologis karena  mampu menghargai diri sendiri, dan puas atas apa yang telah dilakukan.
4.      Self-esteem
Menyikapi segala permasalahan dengan kekeluargaan, bersikap dewasa, berani ambil keputusan, dan tidak takut terhadap siapapun yang berkata tidak baik, adalah kepribadian positif yang dapat ditemui pada cosplayer. Mereka kepribadian  yang kuat, seperti berkata “Tidak masalah pandangan orang lain, kita tidak mengganggu orang lain, jika orang lain menganggu kita artinya mereka tidak mampu seperti kita”.
5.      Unique personality
Banyak keunikan yang dapat ditemukan dalam diri masing-masing cosplayer. Mereka mampu memilah-milah mana sikap yang bisa mereka ambil dari peran mereka atau malah merubah peran yang akan mereka perankan dengan pribadi asli mereka. Memiliki imajinasi untuk berkreativitas juga merupakan kepribadian yang umumnya dimiliki oleh mereka.


BAB IV
PENUTUP

A.   SIMPULAN

Muncul dan berkembangnya sebuah komunitas adalah fenomena sosial yang wajar. Setiap komunitas memiliki kegiatan yang menunjukkan identitas komunitas mereka sendiri. Demikian juga halnya dengan komunitas cosplay. Mereka menekuni hobinya dengan memerankan karakter tokoh idola dan mengenakan kostum tokoh tersebut. Hal ini, menunjukkan identitas keberadaan komunitas ini.
Dengan pengenalan cosplay lewat makalah ini, pembaca diharapkan dapat menilai komunitas lain nya di masyarakat dengan lebih bijak lagi, yaitu dengan mengenal lebih baik lagi komunitas itu. Penulis menyadari referensi yang dicantumkan dalam makalah ini belum cukup luas mengulas komunitas cosplay, namun penulis berharap pembaca bisa memperoleh wawasan mengenai komunitas cosplay, sebagai salah satu yayasan yang saat ini sedangbooming di Indonesia.

B.   Saran

Memberi  value dan judge akan keberadaan suatu komunitas adalah gejala sosial yang juga lumrah. Hanya saja men-judge negatif suatu komunitas tanpa mengenal dengan baik komunitas itu adalah hal yang buruk. Sekali pun sebuah komunitas di nilai buruk oleh masyarakat, mereka juga memiliki hal positif.
Jepang sudah membuat budaya baru yang mendunia,penulis berharap Indonesia berkembang juga,walau bukan dibidang ini,tapi dibidang lain yang lebih baik




DAFTAR PUSTAKA







http://www.lagingetop.com/hobi/2014/02/17/13/cosplay-dan-sejarah-perkembangannya-di-indonesia

Jumat, 09 Oktober 2015

pentingnya komunikasi dalam keluarga


KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari kegiatan komunikasi, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan hidupnya,Komunikasi memegang peranan penting bagi kelanggengan suatu hubungan. Entah dalam ikatan teman, sahabat, kekasih ataukah hubungan terkecil dan terpenting yaitu keluarga. Salah satu elemen dasar yang membuat kekokohan hubungan dalam keluarga adalah komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi verbal dalam keluarga seperti saling mencurahkan isi hati, berpamitan untuk pergi ke sekolah atau kantor, mengajak makan bersama, dan sebagainya. Sedangkan komunikasi secara nonverbal dalam keluarga dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala dan mengangkat bahu
Komunikasi efektif dalam keluarga terkadang dianggap kurang penting. Sebagian orang tua bahkan berpikir untuk lebih mementingkan bekerja, mencari harta, demi kebahagiaan keluarga. Namun disanalah letak kesalahan terbesar yang akan berdampak pada masa depan anak. Komunikasi kelurga erat kaitannya dengan dengan konsep diri anak. Minimnya komunikasi dalam keluarga berdampak pada rendahnya konsep diri anak atau cenderung ke arah negatif


B.     RUMUSAN MASALAH

1.       Seberapa besar pengaruh komunikasi keluarga terhadap konsep diri anak?
2.       Seberapa penting komunikasi dalam keluarga?
3.       Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga?


      C. TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi keluarga terhadap konsep diri anak dan untuk mengetahui pentingnya komunikasi dalam keluarga




BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Komunikasi
Suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala dan mengangkat bahu, yang cara tersebut biasa disebut komunikasi nonverbal.

B.  Keluarga
a.    Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
b.    Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
c.    Bentler et. Al (1989)
Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Komunikasi Keluarga dan Konsep Diri
Menurut Karol Kumpfer dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari University of Utah, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan. Di antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh orangtua, munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga, keikutsertaan anak dalam geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak yang rendah. Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan terus bertahan.
Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja (Kumpfer dan Alvarado) :
a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. Perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah yang menunjukkan perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
c. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
e. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.


B.     pentingnya komunikasi
Komunikasi memainkan peranan penting terhadap kebahagiaan dan keutuhan keluarga Anda. Bagaimana keluarga bisa bahagia dan utuh jika komunikasi antar anggotanya tidak terjalin dengan baik? Berikut penjelasan ilmiah tentang pentingnya komunikasi keluarga
1.      Komunikasi penting untuk mempererat hubungan keluarga sehingga bisa lebih saling mengenal,
2.      Komunikasi menjadi jembatan untuk dapat mencari solusi terhadap permasalahan yang muncul,
3.      Komunikasi membangun kehangatan dan keceriaan sehingga dapat menambah semangat hidup,
4.      Komunikasi yang baik dan efektif akan membentuk kepribadian anak menjadi terbuka, luwes, dan bersahabat


C.     Faktor –faktor yang mempengaruhi Komunikasi Keluarga
Berkomunikasi itu tidak mudah. Terkadang seseorang dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain. Dilain waktu seseorang mengeluh tidak dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang lain.
Dalam keluarga, ketika dua orang berkomunikasi, sebetulnya mereka berada dalam perbedaan untuk mencapai kesamaan pengertian dengan cara mengungkapkan dunia sendiri yang khas, mengungkapkan dirinya yang tidak sama dengan siapapun. Sekalipun yang berkomunikasi ibu adalah antara suami dan istri antara ayah dan anak antara ibu dan anak, dan antara anak dan anak, hanya sebagian kecil mereka itu sama-sama tahu, sama-sama mengalami, sama pendapat, dan sama pandangan.
Ada sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, seperti yang akan duraikan berikut ini :
a.       Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran – gambaran tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi menjaring bagi apa yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang berlangsung disekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang.
b.      Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
c.       Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus taat norma.
d.      Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.
e.       Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pastimenggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f.       Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja.






BAB IV
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Komunikasi adalah dimana ada masyarakat yang melakukan hubungan sosial disitu ada kegiatan komunikasi.
Keluarga merupakan sebuah lembaga yang didalamnya hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena pernikahan.
Komunikasi dalam keluarga adalah sebuah penyampaian pesan atau informasi yang berlangsung dalam keluarga. Disitu diperlukan keterbukaan di dalam berkomunikasi antar anggota dalam suatu keluarga. Segala perilaku orang tua dan lingkungannya dalam keluarga akan selalu mendapatkan proses pendidikan sepanjang anak – anak masih di asah di dalamnya


       B.  Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka kritik terutamannya saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah kami ke depan yang lebih baik. Atas saran yang diberikan disampaikan terima kasih





DAFTAR PUSTAKA